Pengeboman Rotterdam, Petaka Misskomunikasi Jerman

KECESEO - Bagi Rotterdam, 14 Mei adalah hari yang mengubah segalanya. Pengeboman yang dilakukan oleh Jerman terhadap kota Rotterdam pada 14 Mei 1940 hanya berlangsung 15 menit, namun hampir menghancurkan seluruh kota. Pengeboman ini disebut sebagai Rotterdam Blitz. Sekitar 97.000 kilo bom dijatuhkan dan kebakaran menewaskan lebih dari 850 orang, menghancurkan ribuan bangunan dan situs bersejarah. 80.000 orang kehilangan tempat tinggal.


Pusat Kota Rotterdam setelah pengeboman.
Bangunan besar yang masih berdiri disana adalah Gereja St. Lawrence.


Rupanya ketika Jerman menginvasi Belanda, mereka terkejut. Militer Belanda lebih kuat dari yang mereka perkirakan. Paman Adolf berkata:


Kemampuan perlawanan tentara Belanda terbukti lebih kuat dari yang diharapkan. Alasan politik dan militer menuntut agar perlawanan ini diputus secepatnya. Ini adalah tugas tentara untuk merebut Benteng Belanda dengan mengerahkan pasukan yang cukup dari selatan, dikombinasikan dengan serangan di front timur. Selain itu angkatan udara harus, sambil melemahkan kekuatan yang selama ini telah mendukung Angkatan Darat ke-6, memfasilitasi jatuhnya Benteng Belanda dengan cepat.


Frustrasi dan takut bahwa Inggris akan datang membantu Belanda, Schmidt, jenderal Jerman yang ditugasi membuat Belanda bertekuk lutut, mengancam akan mengebom Rotterdam jika Belanda tidak menyerah. Dia diberi mandat untuk memadamkan perlawanan apapun caranya.


Fakta yang tidak banyak diketahui orang adalah bahwa sebenarnya pemboman itu sudah dibatalkan. Pada dini hari tanggal 14 Mei, Jenderal Schmidt memberikan ultimatum kepada Kolonel Scharro. Rotterdam tidak punya waktu lebih dari dua jam untuk menyerah atau menghadapi kehancuran. Pembom Jerman sudah dijadwalkan akan terbang pada pukul 13:20.


Winkelman, Panglima Belanda, mencoba mengulur waktu dengan meminta dokumen resmi yang ditulis rapi dan ditandatangani dengan benar. Jenderal Schmidt bersedia menuruti permintaan itu dan menemui komandan Belanda.


Namun, pesan penundaan itu tidak pernah sampai ke pilot Jerman. Jenderal Schmidt dua kali mengirim telegram ke komando tinggi Jerman, meminta agar pemboman ditunda. Namun, Jerman memiliki sistem komunikasi yang kompleks yang mengharuskan semua pesan diberi kode dan dikirim melalui menara radio. Ini jelas membutuhkan waktu, satu hal yang tidak dimiliki Rotterdam.


Tidak ada cara untuk berkomunikasi langsung dengan pesawat setelah mereka mengudara. Pada saat pesan itu sampai, pembom Heinkel sudah lepas landas. Jenderal Schmidt memerintahkan anak buahnya di Noordereiland untuk menyalakan api merah untuk memberi tanda kepada para pembom agar mundur. Namun, upayanya untuk mencegah pengeboman itu sia-sia. Sang jenderal hanya berhasil menghentikan pemboman gelombang kedua.


Secara total, 1.150 bom (50-kilogram) dan 158 (250-kilogram) bom dijatuhkan di kota, terutama di daerah pemukiman Kralingen dan pusat kota abad pertengahan. Kebanyakan dari bom itu menghantam bangunan yang langsung terbakar. Jerman mengancam akan membom Utrecht selanjutnya. Setelah apa yang telah terjadi terhadap Rotterdam, komandan Winkelman setuju untuk menyerah keesokan harinya, pada tanggal 15 Mei 1940. Pertempuran Belanda berakhir. *KECESEO

2 comments:

Powered by Blogger.